Kamis, 07 April 2011

Pilih Pagi, Siang, Atau Malam?

Pasangan yang sudah lama menikah cenderung bisa memilih situasi untuk bercinta, sebab istri "berani" menolak keinginan suami. Sedangkan pada pasangan muda, istri biasanya sungkan untuk menolak, takut suaminya marah atau selingkuh.
Berikut ini sekadar pilihan waktu untuk bercinta.
  • Bercinta di pagi hari.
    Hubungan seksual di pagi hari bisa berjalan mulus dan menggairahkan karena tubuh dalam kondisi segar setelah semalaman beristirahat. Apalagi terkadang pria masih tersisa ereksi spontan di pagi hari. Para pekerja, karena harus buru-buru ke kantor, bisa menyiasatinya dengan seks kilat. Tubuh tetap fresh meski sudah ejakulasi dan orgasme.
  • Bercinta di siang hari.
    Bisa saja dilakukan, saat istirahat setelah makan siang misalnya. Cuma kalau rumahnya jauh ya harus mencari alternatif tempat yang memungkinkan dicapai kedua pasangan. Ciptakan suasana yang mendukung: suhu ruangan yang sejuk, tenang, aman, dan penerangan yang temaram. Jika tidak dimungkinkan di hari kerja, akhir pekan atau hari libur bisa menjadi alternatif.
  • Bercinta di malam hari.
    Jika ingin bercinta pada malam hari, waktu yang paling pas setelah makan malam. Sudah cukup istirahat, dan tinggal menciptakan suasana yang nyaman dan santai. Dalam kondisi ini perempuan lebih mudah mencapai orgasme. Setelah ejakulasi dan orgasme biasanya akan timbul rasa kantuk akibat lepasnya endhorphine dalam tubuh. Anda berdua bisa tidur nyenyak, besoknya badan sudah segar kembali.
Sesibuk apa pun, sempatkanlah membahas kehidupan seksual dengan pasangan Anda. Hubungan seksual yang dilakukan atas keinginan berdua tidak akan menambah rasa lelah setelah seharian bekerja. sumber : http://intisari-online.com

1 komentar:

herizal alwi mengatakan...

SEBUAH keluarga bisa barakah jika di dalamnya ada sakinah. Mereka merasakan ketenteraman. Dalam keadaan diguncang kesulitan atau dikarunia kesuksesan, suami dan istri merasakan ketenteraman saat berdekatan. Ketika suami datang dengan wajah kusam berlipat-lipat, istri memberi sambutan hangat besemangat. Wajahnya tetap teduh dan penuh perhatian sehingga suami semakin sayang.

Jika Anda mempunyai istri demikian, bersyukurlah. Anda sudah mendapatkan kunci kebahagiaan. “Tiga kunci kebahagiaan seorang laki-laki adalah istri shalihah yang jika dipandang membuatmu semakin sayang dan jika kamu pergi membuatmu merasa aman, dia bisa menjaga kehormatanmu, dirinya dan hartamu; kendaraan yang baik yang bisa mengantar ke mana kamu pergi; dan rumah yang damai yang penuh kasih sayang. Tiga perkara yang membuatnya sengsara adalah istri yang tidak membuatmu bahagia jika dipandang dan tidak bisa menjaga lidahnya juga tidak mem-buatmu merasa aman jika kamu pergi karena tidak bisa men-jaga kehormatan diri dan hartamu; kendaraan rusak yang jika dipakai hanya membuatmu merasa lelah namun jika kamu tinggalkan tidak bisa mengantarmu pergi; dan rumah yang sempit yang tidak kamu temukan kedamaian di dalamnya.”

Kalau keluarga Anda penuh barakah dan Allah melimpahkan barakah atas keluarga Anda, maka Anda akan mendapati rumah tangga yang diliputi oleh mawaddah wa rahmah (ketulusan cinta dan kasih-sayang). Kalau suami resah, ada pangkuan istri yang siap merengkuh dengan segenap pera-saannya. Kalau istri gelisah, ada suami yang siap menampung airmata dengan dekapan hangat di dada, serta usapan tangan yang memberi ketenteraman dan perlindungan.

Tanpa adanya sakinah, mawaddah wa rahmah, keluarga sulit mencapai barakah dan penuh dengan kebarakahan. Suami-istri tidak bisa saling mencurahkan kasih-sayang secara penuh. Mereka tidak bisa saling menerima, mempercayai dan memaafkan kekurangan-kekurangan, padahal setiap ki-ta selalu punya kekurangan. Di sini keluarga dipenuhi oleh keluh-kesah dan kekecewaan. Bukan oleh keadaan ekonomi, melainkan oleh ketidakpuasan terhadap teman hidupnya beserta keluarganya. Sehingga interaksi antar keduanya menjadi kering, sangat periferal. Bukan dari hati ke hati, sehingga saling merindukan. Pergi tiga hari saja tidak ditunggu-tunggu kedatangannya. Apalagi sekadar terlambat pulang satu atau dua jam.

Dalam keadaan yang demikian, keluarga tidak menjadi tempat terbaik untuk membesarkan anak dan menumbuh-kan kekuatan jiwa mereka. Rumah menjadi tempat yang sempit, sehingga anak-anak dan suami tidak menemukan kedamaian di dalamnya. Meskipun secara fisik, rumah cukup besar dan megah.

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | JCpenney Printable Coupons