Belakangan obat herbal menjadi isu panas yang diperbincangkan orang di masyarakat. Setelah mahkota dewa, lalu buah merah, kini daun sirsak ramai diomongkan sebagai penumpas kanker.
Tak dipungkiri, akhirnya masyarakat banyak mencari obat herbal dengan alasan lebih aman karena dibuat dari bahan alami dan tanpa efek sampingan. Bahkan tak hanya obat, makanan dan minuman pun berlomba-lomba untuk diolah dengan bahan-bahan organik atau herbal. Lalu, apakah obat dokter yang identik mengandung unsur kimia adalah obat yang harus dijauhi?
Dalam diskusi klinik pengobatan Cina Tradisional dan Modern, di Jakarta (5/4), Chairman Yayasan Pemberdayaan Konsumen Kesehatan Indonesia, dr. Marius Widjajarta, S.E menegaskan bahwa konsumen jangan sepenuhnya percaya dengan pengobatan tradisional karena belum tentu dapat menyembuhkan pasien 100%. Malahan, penggunaan obat tradisional ini bisa memberikan dampak negatif pada pasien.
"Obat kimia saja ada efek sampingan dan kontradiksinya. Kalau dalam obat herbal dikatakan khasiatnya bisa sampai A-Z, apakah memang benar demikian? Perlu diingat setiap orang memiliki ketahanan tubuh yang berbeda-beda. Mungkin saja bagi si A cocok, tapi bagi si B tidak," kata Marius.
Dr. Marius Widjajarta, SE mengaku, saat ini dirinya tengah merawat pasien Indonesia yang mengalami dampak buruk penggunaan obat herbal, khususnya Cina Modern. Pasien tersebut berobat ke Thailand untuk menguruskan badannya dengan obat herbal. Sayangnya, obat herbal tersebut tidak cocok untuk tubuhnya. Saat ini ia justru mengalami koma. "Dan untuk bertahan hidup ia harus menghabiskan uang lebih dari Rp 20 juta."
Marius yang juga belajar pengobatan tradisional menyatakan bahwa ramuan herbal masih banyak mengandung racun. Padahal, racun sendiri, jika dimasukkan dalam tubuh, justru akan memperburuk keadaan pasien/penderita karena langsung berhubungan dengan jantung dan ginjal.
Di luar negeri, pengobatan tradisional sudah diteliti dengan riset dan diumumkan. Berbeda dengan di Indonesia yang belum diumumkan secara resmi. Selama ini, pengobatan tradisional khususnya Cina Modern, yang sudah diakui di Indonesia adalah akunpuntur. Pengobatan lain seperti sinse, pijat, totok jarum, dan lainnya belum dapat dipertanggungjawabkan.
Yang jelas, konsumen berhak untuk memilih pengobatan. Namun, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, Marius mewanti-wanti untuk memilih obat yang sudah didaftarkan di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Mengapa? Obat yang didaftarkan di BPOM sudah dijamin keselamatannya. Kalau terjadi sesuatu, konsumen memiliki hak menuntut dan mendapatkan ganti rugi. Pihak yang mengeluarkan obat tersebut pun dapat dicari dengan mudah dan wajib mempertanggungjawabkan.
"Kalau pengobatan cina tradisional ini mau disejajarkan dengan modern, harus ada riset dan didaftarkan di BPOM. Kalau ada apa-apa dengan pasien, kami akan mudah mempertanggungjawabkannya juga," tegasnya.
Menanggapi pernyataan Marius tadi, dr. Rahmad dari Ikatan Naturopatis Indonesia (IKNI) menyatakan bahwa pengobatan Cina Tradisional justru memiliki efek yang bagus dan dalam jangka panjang untuk kesehatan pasien. Ramuan yang diracik dibuat dengan metode racun melawan racun. Ramuan yang diracik juga sebelumnya sudah diteliti oleh ahli. Bahkan di RRC, pengobatan ini sudah disejajarkan dengan obat modern.
Pengobatan tradisional lebih bersifat personal. Sebelum memberikan obat, pasien akan didiagnosis lewat nadi dan lidahnya. Tak hanya obat yang diberikan, pasien juga diberi informasi tentang kebiasaan yang harus dilakukan, gaya tidur, gaya makan, dan lain sebagainya.
"Memang obat tradisional belum didaftarkan di BPOM, namun kita memiliki kode etik sendiri dalam pengobatan dan sudah mendapatkan ijin dari suku dinas kesehatan masing-masing di setiap daerah," tambahnya.
Di Indonesia, dokter khusus bidang pengobatan Cina tradisional masih minim jumlahnya. Paling-paling sekitar 10 orang yang resmi mendapat sertifikat dari Cina. Oleh sebab itu, tahun depan, Fakultas Pengobatan Tradisonal Cina Modern akan didirikan di Indonesia. Mengingat belum banyaknya dokter ahli pengobatan tradisonal, dirinya memberikan kiat untuk memilih pengobatan tradisional. Misalnya, perlu untuk mengetahui detail latar belakang dokter, perlu mewaspadai terhadap obat yang diberikan (kalau obat yang diberikan sama terus dan tanpa hasil, patut dicuragai ), serta informasi yang mendalam tentang obat tersebut.
Pada akhirnya, konsumen harus pintar memilah dan memilih pengobatan. Mau tradisional atau modern, keputusan ada di tangan Anda, wahai konsumen.